HASIL SURVEI
- Selama pandemi COVID-19, 4 dari 5 Perempuan pernah mengalami pelecehan seksual di ruang publik (79% dari 3.539 Perempuan).
- Selama pandemi COVID-19, 3 dari 10 Laki-laki pernah mengalami pelecehan seksual di ruang publik (30% dari 625 Laki-Laki).
- 83,3% dari 72 Gender Lainnya (non-binary, gender fluid, transpuan, transpria, deminonbinary, genderquestioning, dan lainnya) pernah mengalami pelecehan seksual di ruang publik.
- Perempuan dan gender minoritas lainnya memiliki kecendrungan pernah mengalami pelecehan seksual di ruang publik 6 kali lebih besar daripada laki-laki selama pandemi COVID-19.
- 5 teratas lokasi yang paling banyak terjadi pelecehan seksual secara offline: Ruang publik seperti jalanan umum atau taman (70%), Kawasan pemukiman (26%), Transportasi umum termasuk sarana dan prasarananya (23%), Toko, mall, dan pusat perbelanjaan (14%) dan Tempat kerja(12%).
- 5 teratas ruang yang paling banyak terjadi pelecehan seksual secara online: Media sosial (42%), Aplikasi chat (33%), Aplikasi kencan daring (9%), Ruang permainan virtual (4%), Ruang diskusi virtual (2%).
- Selama pandemi COVID-19, lokasi terjadinya pelecehan seksual semakin meluas. Fasilitas kesehatan (100 responden), lokasi pemeriksaan tes COVID-19 (29 responden) dan tempat karantina pasien COVID-19 (5 responden) juga dilaporkan menjadi tempat terjadinya pelecehan seksual. Selain itu, 44 Responden melaporkan bahwa pelaku pelecehan adalah Tenaga Kesehatan.
- Selama pandemi COVID-19, insitusi pendidikan masih menjadi ruang yang tidak aman dari pelecehan seksual; Terjadi di lingkungan kampus atau sekolah fisik (427 responden) dan terjadi di ruang sekolah atau perkuliahan virtual (57 responden). Selain itu, 134 Responden melaporkan bahwa pelaku pelecehan adalah Guru / Dosen.
- Selama pandemi COVID-19, bentuk pelecehan yang paling sering dialami secara offline; Siulan / Suitan (67%), Komentar atas tubuh (31%), Main mata (29%), Komentar seksis / seksual (26%), Diklakson (24%), dan Disentuh (20%).
- Selama pandemi COVID-19, bentuk pelecehan yang paling sering dialami secara online; Dikirimkan konten foto atau video intim / pornografi / alat kelamin (21%), Komentar seksis / seksual (20%), Komentar atas tubuh (17%), Dipaksa kirim foto atau video intim pribadi (11%), dan Dikuntit / diikuti / cyberstalked (7%).
- Selama pandemi COVID-19, identitas pelaku pelecehan seksual antara lain adalah Orang tak dikenal (81%, 2.458), Teman (22%, 669), Rekan kerja (11%, 322), Penyedia jasa transportasi (10%, 295), Tetangga (7%, 223), dan Anggota Keluarga (7%, 216).
- 3 teratas perasaan responden setelah mengalami pelecehan seksual : tidak nyaman, kesal, marah
- 71% dari 3.037 Responden yang mengalami pelecehan merasa dampak dari pelecehan yang dialami memperparah situasi atau perasaan mereka saat pandemi.
Dari survei ini jelas bahwa pelecehan seksual di ruang publik masih marak terjadi dan dampaknya dapat memperparah situasi korban pada masa pandemi COVID-19.
Jika kamu mengalami atau tau seseorang yang mengalami kekerasan berbasis gender, termasuk pelecehan seksual, silahkan kunjungi carilayanan.com untuk dapat mencari layanan dan dukungan yang dibutuhkan.